Ditulis oleh Ervina Wulan Sari, dalam project mata kuliah Sosiologi, Manusia dan Kebudayaan
Dibandingkan dengan gambar sebelumnya, tampak beberapa perbedaannya, rentang jarak pengambilan gambar tersebut adalah 8 tahun.
Diatas adalah gambar proses batangas menjelang pernikahan.
Tradisi selanjutnya menjelang pernikahan setelah selesai proses batangas adalah balanger.
Mandiangin adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, yang merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kecamatan Pauh pada tahun 1999. Terdapat 24 Desa dalam Kecamatan Mandiangin.
Masyarakat Mandiangin dikenal dengan julukan "Saiye, Saijun, Sakate" yang artinya satu pemikiran, satu tindakan, dan satu ucapan. Mandiangin dikenal juga sebagai Kota dingin. Bahasa yang digunakan di daerah Mandiangin hampir sama dengan bahasa orang Betawi yang banyak menggunakan huruf e.
Pada adat pernikahan Mandiangin, terdapat pakaian adat khas Mandiangin, yang saat ini mulai jarang digunakan lagi oleh masyarakat Mandiangin, dan terancam mengalami kepunahan. Dibawah ini adalah gambar pakaian adat khas Mandiangin yang didapat dari melihat dokumentasi masyarakat Mandiangin pada tahun 1991 dan 1983.
Gambar 1. adalah pakaian adat dalam pernikahan masyarakat Mandiangin pada tahun 1991.
Penulis mendapatkan pakaian adat dalam pernikahan Mandiangin pada tahun 1983 yang masih dipergunakan secara original. Berikut adalah pakaian adat pernikahan Mandiangin pada tahun 1983, yang merupakan pernikahan dari adik Bupati Sarolangun, Cek Endra.
Dibandingkan dengan gambar sebelumnya, tampak beberapa perbedaannya, rentang jarak pengambilan gambar tersebut adalah 8 tahun.
Pada gambar pertama, mempelai lelaki dan perempuan memakai pakaian berwarna putih, dan aksesoris yang digunakan oleh pengantin perempuan hanya Jamang dan Keman Selapis, sedangkan pengantin lelaki hanya memakai Babadong dan Detar.
Pada gambar kedua dalam pernikahan adik Cek Endra, dimana pakaian adat Mandiangin masih digunakan secara lengkap dan original. Berikut keterangan dari gambar kedua yang masih original tersebut;
Terdapat beberapa aksesoris dalam pakaian adat Mandiangin, diantaranya adalah;
Untuk pengantin perempuan aksesorisnya adalah;
1. Jamang, yang berupa mahkota berwarna kuning keemasan.
2. Sumping, yang berupa aksesoris yang diselipkan di kedua telinga pengantin perempuan
3. Telitik, adalah sejenis bedak putih yang dioleskan kewajah kedua mempelai
4. Keman, adalah pakaian penutup yang dipakai oleh kedua mempelai jumlahnya 2 lapis, lapis pertama dililit pada bagian atas badan, lapis kedua hanya disilingkan membentuk huruf X. Keman merupakan kain songket
5. Puntu, yang berupa gelang dipasang dilengan pengantin perempuan, bentuknya ada yang segitiga, bulat, dan segiempat
6. Songket, nama kain yang digunakan sebagai rok dan baju
Untuk pengantin lelaki, aksesorisnya adalah;
1. Detar dan Tampung, yang berupa mahkota yang dipakai oleh mempelai lelaki. Detar terbuat dari kain, sedangkan tampung terbuat dari bahan sejenis seng yang berwarna kekuningan seperti emas.
2. Babadong, berupa ikat pinggang yang dipakai pengantin lelaki
3. Keris, senjata tradisional yang diselipkan di pinggang pengantin lelaki bagian depan
4. Keroncong, adalah gantungan yang terdapat dikeris, didalamnya terdapat tusuk konde
5. Keman, telitik dan songket, keterangannya sama dengan aksesoris pengantin perempuan.
Disamping pakaian adat dalam pernikahan, masyarakat Mandiangin mengenal tradisi menjelang pernikahan, yaitu berupa Batangas dan Balanger.
Batangas adalah ritual yang dilakukan dua hari sebelum resepsi pernikahan. Proses batangas ini harus dijalani oleh kedua pengantin lelaki maupun perempuan. Arti dari batangas adalah berdiam diri didalam gulungan tikar sambil mengaduk ramuan rempah-rempah yang telah di do'akan dan di didihkan. Ramuan batangas harus di aduk sampai proses batangas selesai. Campuran ramuan dalam batangas biasanya berupa daun sirih, daun jeruk purut, dan daun serai Betawi. Terkadang juga ditambahkan ramuan lain. Dalam gulungan tikar yang digunakan pada proses batangas ini, calon pengantin tidak menggunakan pakaian lengkap, dengan maksud agar semua aura-aura buruk di dalam tubuh keluar bersama uap panas dari ramuan yang terus di aduk.
Tradisi selanjutnya menjelang pernikahan setelah selesai proses batangas adalah balanger.
Balanger adalah proses dimana calon pengantin perempuan maupun lelaki disanding berdua kemudian di doakan dengan air yang diletakkan di dalam mangkuk putih berisi air, bunga 3 warna, jeruk nipis, daun pandan, daun sakejut, dan daun sadengen.
Setelah selesai proses balanger, kedua calon pengantin diberikan jeruk nipis yang telah didoakan dan harus selalu dipegang selama bersanding di pelaminan.
Adapun air sisa yang digunakan pada balanger dipercikkan kepada orang-orang yang hadir dalam prosesi balanger. Menurut kepercayaan jaman dahulu kala, orang yang terkena percikkan air balanger jika hidup masih melajang maka jodohnya akan cepat datang.
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Syariah, IAIN STS Jambi, saat ini semester II.
0 Komentar untuk "Pakaian adat dan Tradisi Batangas, Balanger Pada Pernikahan Mandiangin"