Diterbitkan di Koran Harian Jambi Ekspress 26 Oktober 2013
Sejak kurun waktu dari tahun 2004 sampai dengan 2013
ini, sudah dibuka jurusan atau program studi Ilmu Pemerintahan di empat
Perguruan Tinggi yang ada di wilayah Jambi. Di awali Oleh Sekolah Tinggi Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (STISIP) Nurdin Hamzah Jambi, yang dulu bernama STIPOL
Nurdin Hamzah, berturut-turut kemudian diikuti oleh Universitas Muara Bungo,
IAIN Sultan Taha Syaifuddin, Universitas Terbuka, dan terakhir Universitas
Jambi.
Dalam
kurun waktu tersebut juga, animo masyarakat untuk kuliah dijurusan atau program
studi Ilmu Pemerintahan seiring tahun terus meningkat, baik dari kalangan birokrat
maupun umum. Ini seolah menunjukkan kecenderungan trend pada jurusan atau
program studi Ilmu Pemerintahan, meskipun dari berbagai media massa kita di
cekoki informasi degradasi moral dan etika dari implementasi sistem
pemerintahan yang sedang berjalan.
Gambaran
umum Ilmu Pemerintahan diidentikkan kedalam supra struktur Ilmu Politik yang
mengkaji kekuasaan. Bahkan kajian terdahulu diantara keduanya yang membedakan
dan menyamakan adalah objek keilmuannya. Keduanya sama mempuyai objek materia
atau kajian umum, yaitu negara. Sedangkan pada objek forma atau kekhususan
kajian Ilmu Politik membahas mengenai kekuasaan, dan Ilmu Pemerintahan membahas
mengenai hubungan antar lembaga negara.
Hal
ini adalah wajar, mengingat pada awalnya Ilmu Pemerintahan di Indonesia yang
menginduk kepada kajian Ilmu Pemerintahan dari Belanda, mempunyai jalan yang
berliku sebelum akhirnya diakui sebagai Ilmu Pemerintahan yang berdiri sendiri.
Ilmu Pemerintahan berturut-turut pernah menjadi bagian dari ilmu ekonomi
perusahaan, diajarkan dalam ekonomi kenegaraan, sebagai pengajaran khusus dalam
kepamongprajaan untuk memenuhi pegawai yang bekerja di dinas umum kolonial Hindia
Belanda.
Namun
seiring dinamika sosial dan politik masyarakat, Ilmu Pemerintahan berhadapan
dengan goncangan secara sosial dan ekologis yang terjadi dimasyarakat dunia
maju dan berimbas kepada masyarakat didunia ketiga, sebelum akhirnya
merekonstruksi diri menjadi Ilmu Pemerintahan dengan tujuan untuk dapat
dimanfaatkan sebagai ilmu yang dapat menuntun kepada kemaslahatan bersama.
Konsekuensi dari hal ini adalah, bahwa pendekatan yang digunakan Ilmu
Pemerintahan menjadi berubah, begitu juga bangunan keilmuan serta objek materia
dan objek formanya.
Goncangan
sosial yang berupa perang ideologi berbalut perang kepentingan selama kurun
waktu perang dingin tahun 1965, kemudian gelombang krisis ekonomi dan kejatuhan
rezim otoriter dibeberapa belahan dunia termasuk Indonesia pada tahun 1998,
merefleksikan bahwa Negara sebagai arena perebutan kekuasaan, tidaklah cukup
terpuaskan segala kepentingan yang diwadahinya meskipun harus mengorbankan
jutaan rakyat yang selama ini melayani dan menghamba kepada kekuasaan tanpa
kenal kompromi. Seolah-olah Negara hanya tegak karena faktor kekuasaan semata.
Keadaan
ini diperparah lagi ketika ternyata hampir separuh dari ekologi yang ditempati
manusia termasuk tempat Negara berdiam memancangkan kekuasaannya, mengalami
degradasi yang berdampak sistemik secara moral, sosial, budaya, ekonomi dan
politik. Bencana alam karena faktor penempatan kebijakan pengelolaan sumber
daya alam yang hanya berbasis kepentingan kekuasaan, mewabah, menguras energi
untuk ditanggulangi, dan memakan waktu yang tak bisa diperkirakan, karena
sebagian besar sumber daya alam penopang hidup eksistensi rakyat dan kekuasaan
itu ada yang tidak bisa dipulihkan lagi seperti sediakala tingkat kerusakannya.
Maka
dari itu, sebuah wacana untuk me-reinventing
konsep kajian Ilmu Pemerintahan, yang terkenal dengan Kybernologi hadir. Secara umum, Kybernologi
menggambarkan bahwa Negara adalah sebuah kapal, dan pemerintahan adalah ruang
kemudi berikut nahkoda dan segenap awak kapal
yang bertugas melayarkan kapal bermuatan rakyat sebagai penumpang sampai
ketujuan dengan selamat, tak kurang suatu apapun. Selama dalam pelayaran hingga
sampai ditujuan itu segala kebutuhan penumpang dan awak kapal terpenuhi,
kepentingannya diwadahi dan disalurkan, aspek kenyamanan segenap penumpang dan
awak kapal dipedulikan, segala kemungkinan jika terjadi sesuatu yang mengancam
keselamatan penumpang dan awak kapal dijamin, terlindungi.
Inti
yang perlu ditegaskan disini bahwa Ilmu Pemerintahan sebagai Kybernologi, merubah paradigma
berpemerintahan sebagai government,
memerintah untuk dituruti perintahnya, tetapi menjadi Governance, suatu usaha mengelola pemerintahan secara baik secara
bersama-sama dengan interaksi antara subkultur kekuasaan sebagai pemegang
kebijakan, subkultur ekonomi penyedia kebutuhan hidup masyarakat, dan subkultur
sosial atau rakyat sebagai pelanggan dari kebijakan kekuasaan dan pengontrol
kekuasaan. Semua itu demi mencapai tujuan kemakmuran, keadilan , kesejahteraan
bersama, demi kelangsungan hidup manusia dan kemanusiaannya.
Dari
sini dapat dilihat, bahwa pijakan Ilmu Pemerintahan telah bergeser dari Negara
kepada Manusia dan Hak Asasi yang melekat kepadanya. Secara sadar bahwa
sebenarnya materi dari negara adalah manusia yang merupakan ciptaan tuhan.
Negara dan pemerintahan sendiri adalah wujud eksistensi tertinggi kemanusiaan
untuk membangun kualitas manusia yang lebih baik dan beradab. Konstruksi secara
Kybernologi ini menempatkan
persinggungan antara negara sebagai ruang kekuasaan, diantaranya publik sebagai
ruang kebijaksanaan, dan di bawah adalah rakyat sebagai ruang civil, mengedepankan
negara untuk melaksanakan kewenangannya dalam pengelolaan pelayanan publik
diruang publik dengan baik dan bermanfaat serta tepat guna agar rakyatnya
merasa terpuaskan. Sementara sudah menjadi kewajiban bahwa negara harus
menyediakan pelayanan civil yang baik bagi rakyatnya.
Dalam
skema ini, terdapat ruang publik diantara ruang kekuasaan dan ruang civil
sebagai ajang pergulatan pemenuhan kebutuhan eksistensial manusia dan
penjaminan hak asasi manusia. Untuk itu, Ilmu Pemerintahan sebagai Kybernologi adalah akar dari pengelolaan
ilmu-ilmu lainnya. Berlandaskan pada bangunan ilmu pengetahuannya yang terdiri
dari ; konsep kebutuhan, bagaimana kebutuhan manusia dilihat dalam aspek jangka
menengah dan jangka panjang, ; kemudian konsep pelayanan bagaimana melayani dan
menjamin pemenuhan kebutuhan jangka menengah dan jangka panjang manusia tetapi
sekaligus juga memberdayakan untuk mencegah dan menanggulangi dampak-dampak
negatif yang sudah maupun akan timbul ; Konsep Governance sebagai konsep yang sering muncul dan diidentikkan,
bagaimana interaksi antara tiga subkultur yaitu, kekuasaan, ekonomi, dan
masyarakat berinteraksi saling melindungi dan memenuhi kebutuhan manusia dan
kemanusiaannya,; Konsep Kinerja, lebih melihat bagaimana performa dari
interaksi tiga subkultur tersebut yang dilakukan oleh aktor-aktor diantara tiga
subkultur tersebut terutama aktor kekuasaan bekerja melayani melindungi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan kemanusiaannya, menyangkut kinerja Kybernologi memberikan keringanan, bahwa
meskipun output dan outcome dari suatu tata kelola buruk
sepanjang prosesnya dapat dipertanggung jawabkan, maka dapat dikategorikan
sebagai Good Governance.
Bangunan
ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada konsep-konsep diatas, membawa
konsekuensi kepada konsep metodologi Ilmu Pemerintahan sebagai Kybernologi yang sangat metadisiplin,
oleh karena itu disebut sebagai akar dari ilmu-ilmu lainnya. Metodologi yang
metadisiplin ini akhirnya menguak bahwa objek materia Ilmu Pemerintahan adalah
bukan negara tetapi masyarakat, sedangkan objek formanya adalah hubungan
pemerintahan dengan pelanggan yang dapat dilihat dari adanya interaksi diantara
ketiga subkultur.
Disini
jelaslah sudah bahwa sebagai Kybernologi
Ilmu pemerintahan tidak berbicara bagaimana seharusnya dan siapa yang salah
atau benar, sebagaimana peminat ilmu hukum pemerintahan mengklaim adanya
kesamaan antara Ilmu Pemerintahan dengan bidang keilmuannya. Kedalam konteks
ilmu-ilmu sosial, Ilmu Pemerintahan sebagai Kybernologi
berusaha mengumpulkan pola-pola fenomena pergulatan tiga subkultur diruang
publik, untuk memetakannya dan mencari solusi pemecahannya demi kemaslahatan
bersama, tanpa terkungkung pada satu sudut pandang pemikiran, plus hanya hitam
putihnya saja. Sebab itu juga, buah dari bangunan ilmu pengetahuan Ilmu Pemerintahan
sebagai Kybernologi diserahkan kepada
siapapun yang ingin memetiknya, untuk dijadikan apa, dan digunakan, dikupas
dengan cara bagaimana, sepanjang tidak bertentangan dengan Ontology-nya yaitu kualitas kemanusiaan dan hubungan pemerintahan dimana
negara adalah puncak dari perkembangan kemanusiaan untuk membentuk hubungan
pemerintahan. Nilai-nilai apa yang dapat dipetik dari Ilmu Pemerintahan sebagai
Kybernologi, adalah manisnya
menggunakan etika dan moral untuk mengelola sebuah negara, dan selebihnya
tergantung kepada kebijaksanaan masing-masing yang telah dibekali sudut pandang
luas.
Demikian,
dengan adanya pemaparan Ilmu Pemerintahan sebagai Kybernologi dalam surat terbuka yang saya sengaja ini, setidaknya
seluruh pengelola jurusan atau program studi Ilmu Pemerintahan yang ada di
Jambi, dapat menjadikan pertimbangan untuk lebih fokus dan konsekuen mengurus
jurusan atau program studi Ilmu Pemerintahan sesuai dengan hakikat asli dari
Ilmu Pemerintahannya, tanpa harus direcoki oleh bidang ilmu lain yang mengklaim
kesamaan padahal nyatanya tidaklah sama sekalipun. Sekaligus juga mengingatkan
bahwa peluang Ilmu Pemerintahan terbuka tidak hanya untuk kekuasaan melalui
frame Government, tetapi juga
pengelolaan bidang-bidang lainnya sesuai dengan perkembangan jaman dan dinamika
masyarakat melalui frame governance.
0 Komentar untuk " ILMU PEMERINTAHAN SEBAGAI KYBERNOLOGI (Surat Terbuka Kepada Seluruh Pengelola Jurusan Ilmu Pemerintahan di Jambi)"