Tulisan ini dimuat di Koran Harian Jambi Independent, 21 Januari 2014
Sepanjang
kurun waktu tahun 2013 kemarin, publik menyaksikan banyak kasus poligami
mencuat kepermukaan, baik oleh selebritis apalagi tokoh politik, pejabat
publik. Semuanya mereka menganut keyakinan Islam. Terakhir bagaimana tema
poligami dipublikasikan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dengan mengangkat
poligami yang dilakukan oleh Anis Matta,
lewat media maupun jejaring sosial.
Dalam agama Islam, poligami bukan
merupakan hal yang asing. Konsep poligami memang benar ada dalam kitab suci
agama Islam, lebih lanjut nabi Muhammad S.A.W mengimplementasikannya dalam
kehidupan. Poligami dalam pada ini bukan semata-mata menikah dengan banyak Perempuan.
Ada syarat juga prosedur untuk melaluinya, ada ruang dialogis, kesepakatan, yang
dibuka kepada lelaki dan perempuan. Perlu juga untuk diketahui bahwa poligami
meskipun oleh pihak luar di identikkan kepada Islam, tetapi bukan merupakan
sesuatu yang wajib apalagi sunah untuk dijalankan oleh penganut keyakinan
Islam, juga bukan merupakan satu-satunya pemecahan masalah yang harus diambil
oleh umat Islam. Poligami merupakan suatu alternatif jalan terakhir ketika
berhadapan dengan masalah kemanusiaan yang jika tidak diambil langkah poligami,
akan menimbulkan kemudaratan, serta jika tidak ada lagi jalan lain yang bisa
diambil untuk menyelesaikannya diantara alternatif yang terbaik lainnya. Kalaupun
tidak diambil alternatif poligami, tidak ada sanksi apapun bagi umat Islam jika
memang poligami bukan jalan yang terbaik.
Ini berlaku bagi kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan.
Begitu juga yang lebih memilih poligami, tidak ada janji pasti akan dimasukkan
kedalam surga, karena syarat untuk melakukan poligami masih dilihat pada
implementasinya, dalam segi keadilan.
Sebenarnya didunia ini tidak hanya
Islam yang punya konsep poligami dalam ajaran yang dibawanya. Di Amerika, ada
suatu keyakinan beragama juga menganut ajaran poligami, yaitu jemaat yang
tergabung dalam gereja persekutuan hari terakhir (Church of Latter Day Saints-LDS) yang lebih dikenal dengan penganut
Mormonisme. Keyakinan ini berkembang di Amerika awalnya pada tahun 1830-an, di
konsepkan oleh seorang yang bernama Joseph Smith, yang mentasbihkan dirinya
dapat berkomunikasi dengan Tuhan secara langsung, maka dia mentasbihkan dirinya
sebagai nabi, rasul, penerima wahyu dari Tuhan. Mormonisme merupakan suatu
bentuk gerakan perubahan keyakinan terhadap keyakinan kristen pada umumnya yang
terlebih dahulu diyakini oleh jutaan penduduk Amerika dan Eropa. Meskipun
sama-sama mengakui Yesus Kristus dan Al-kitab, namun mereka memilih memisahkan
diri dan mendaur ulang kembali Al-kitab dan menambahkan terjemahan kitab Mormon
yang telah dilakukan oleh Smith atas perintah malaikat Moroni yang datang dalam
mimpinya dan menunjukkan bakal terjemahan dalam lempeng batu emas. Selanjutnya,
konsep doktrin dari setiap nabi, rasul dalam keyakinan Mormonisme wajib
dimasukkan sebagai pedoman dalam kehidupan mereka.
Keyakinan Mormonisme merupakan momok
tersendiri bagi pemerintahan Amerika, betapa tidak, dengan keanehan ajarannya
yang bertentangan dengan ketertiban umum, Mormonisme dari generasi ke generasi
telah berhasil meluaskan wilayah Zionnya, wilayah kerajaan bagi penganut
keyakinannya, dengan sistem kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, hukum,
agama yang terpisah dan berbeda dari pemerintahan resmi Amerika. Sistem ini
tumbuh subur dan memperkuat setiap wilayah Zion Mormonisme, diyakini dengan
kepatuhan buta oleh penganut Mormonisme, dengan doktrin bahwa sistem kehidupan
diluar keyakinan mereka merupakan sistem kafir, celaka. Tidak ada ruang dialog,
pembelaan, bahkan privasi dalam sistem Mormonisme bagi setiap orang yang
menganutnya. Kehidupan mereka begitu ketat diatur dan dikendalikan oleh nabi,
rasul mereka, dari hal terkecil sekalipun. Begitu juga kontrol yang ketat
terhadap pekerjaan dan penghasilan serta harta pengikutnya, mereka diwajibkan
menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu untuk kepentingan gereja dan nabi,
rasulnya dengan doktrin untuk perkembangan dan kepentingan umat diwilayah Zion,
dan imbalan surga bagi yang rela memberikan beberapa porsi tertentu kekayaan
dan penghasilannya itu. Setiap saat, nabi, rasulnya, dapat memerintahkan mereka
berganti pekerjaan, tanpa kenal alasan.
Dari awal hingga sekarang, penganut
Mormonisme melakukan upaya kucing-kucingan dengan pemerintah resmi Amerika. Untuk menemukan penganut ini cukup dikenali
dengan cara berpakaian mereka yang tidak umum. Baik laki-laki maupun perempuan
suka memakai pakaian yang tertutup dari leher hingga kaki. Ada pakaian dalaman
tersendiri bagi penganut kaum Mormonisme, yang berbeda bentuknya dari pakaian
dalam manusia normal. Paling mencolok dapat dilihat pada perempuannya, dimana
busana yang mereka kenakan seperti gaun masyarakat padang rumput Amerika,
tertutup dari pangkal leher hingga kaki, kebanyakan merupakan gaun terusan,
tidak diperkenankan memakai model fashion pada umumnya, dan mereka kaum
perempuannya tidak diperkenankan memotong rambut, memakai perhiasan, apalagi
kosmetik mencolok. Biasanya rambut perempuannya hanya mengenal model dikepang,
dan disanggul. Berhias, berdandan, dan memakai perhiasan berlebihan dianggap
sebagai suatu dosa bagi perempuan Mormon yang melakukannya. Pergaulan antara
laki-laki dan perempuan dibatasi secara ketat. Jangankan menyentuh,
berbicarapun atau memandang, mereka akan dikenakan sanksi dipisah, dihukum oleh
nabi, rasul atau pendeta, meskipun itu hanya kepada adik, atau saudara sendiri.
Ide poligami dalam keyakinan
Mormonisme datang dari Joseph Smith, pemimpin pertama mereka. Smith
mentasbihkan bahwa dirinya mendapat bisikan wahyu dari Tuhan untuk mengajak
kaum pengikutnya melakukan poligami. Poligami ini wajib dijalankan hukumnya
bagi setiap penganut Mormon. Setiap perempuan dalam penganut Mormonisme, wajib
merelakan perilaku poligami suaminya, karena janji surga bagi mereka yang
ikhlas dan rela terhadap perilaku poligami suaminya. Seorang lelaki dalam
penganut Mormonisme, wajib menjalankan poligami demi kepentingan kekuatan dan
perkembangan Zion juga keyakinan Mormon. Poligami ini wajib dijalankan dengan sebanyak
mungkin Perempuan, dan dapat dilakukan dalam sekaligus pernikahan, jadi seorang
laki-laki penganut Mormon dapat sekaligus menikahi dua perempuan, atau lebih.
Tak heran jika dalam penganut Mormon dijumpai paling sedikit seorang lelaki
beristrikan selusin wanita. Tidak diperkenankan pembatasan kelahiran dalam
keyakinan Mormonisme. Oleh karena itu, poligami merupakan kesempatan untuk
memperbanyak sebanyak mungkin juga keturunan.
Poligami yang dilakukan oleh
penganut keyakinan Mormonisme ini, tidak mengenal nasab. Setiap lelaki dalam
rangka poligami, boleh menikahi siapapun perempuan yang diinginkannya atau yang
ditunjuk oleh nabi, rasulnya. Baik itu anak tiri, saudara tiri, keponakan, sepupu,
ibu tiri, ibu sendiri, anak sendiri. Sebuah keluarga yang telah berpoligami
dengan sekian banyak istri dan puluhan anak-anak yang harus berbagai satu ayah
dan mengenal banyak ibu itu, terkadang harus siap menerima anggota keluarga
baru hasil limpahan dari nabi, rasulnya dari keluarga lain jika ada seorang
perempuan berikut anak-anaknya yang sengaja dengan hukuman dipisahkan oleh
nabi, rasulnya karena suatu perbuatan yang dianggap melanggar norma dan
ketertiban dalam sistem doktrin keyakinan Mormonisme, atau dianggap bahwa suami
atau ayah mereka, tidak becus menangani masalah dalam keluarga sehingga
menimbulkan konflik antar istri mereka, anak mereka, atau dengan mereka
sendiri, atau bisa jadi karena sang suami, ayah, dianggap sudah tidak selaras
dalam menjalankan ajaran Mormonisme dengan nabi, rasul.
Nabi, rasul dalam Mormonisme akan
mendatangi rumah yang diamatinya belum melaksanakan poligami, atau baru sedikit
melakukan poligami. Jika tidak juga
terlaksana titah poligaminya setelah kunjungan nabi, rasul, maka calon
perempuan yang dipoligami akan dipilihkan oleh nabi, rasul, dan lelaki juga
perempuan itu harus menerimanya, demikian juga dengan keluarga mereka
seluruhnya. Poligami dalam Mormonisme tidak mengenal batas umur pernikahan,
inilah yang diperangi oelh pemerintahan resmi Amerika selain perilaku
poligaminya, karena kerap anak-anak dibawah umur menjadi korban desakan
pernikahan, tak peduli umur mereka 9 tahun, atau masih belasan.
Tentunya, poligami yang telah
berubah menjadi konsep pernikahan plural tak karuan ala Mormon ini, berbeda
dengan Islam. Tetapi sepertinya pihak-pihak yang kontra terhadap Islam terutama
suara dari barat sana yang berusaha menyamakan poligami dalam Islam dengan
pernikahan plural ala Mormonisme. Jelas jauh berbeda bukan? Ada kemuliaan dalam
poligami yang diemban dalam Islam demi masalah kemanusiaan, bukan terletak pada
menikahi sebanyak mungkin perempuan dan memampangnya telah berhasil menjalankan
pernikahan plural.
Pada masa Brigham Young, poligami
dalam kaum Mormon berani dinyatakan secara terang-terangan bahkan sengaja
dilakukan publikasi kepada masyarakat diluar Zion. Young bangga menyebutkan
bahwa ajaran pernikahan plural ini mengandung seribu kebaikan daripada
pernikahan monogami, tidak hanya bagi kesehatan, tetapi juga bagi perkembangan
spiritual dan kekuasaan. Perbandingan dengan poligami ala Mormonisme ini,
menjadi cermin, apakah poligami yang benar dilakukan oleh umat Islam yang
mengaku menjalankan poligami secara Islam, atau hanya sekedar pernikahan
plural. Jangan-jangan umat Islam yang gembar-gembor terpublikasikan poligaminya
malah terjebak dalam pernikahan plural semata.
*(wennyirareverawati@gmail.com,
www.homosocialpoliticus.blogspot.com).
0 Komentar untuk "Poligami atau Pernikahan Plural (Perbandingan dengan Penganut Mormonisme)"