Tulisan ini Di Muat Oleh Koran Harian Jambi Independent, Kamis 10 Juli 2014
Transformasi
pemerintahan manual ke pemerintahan elektronik atau yang lebih di kenal dengan
istilah e-government yang berbasis
tekhnologi dan informasi, merupakan suatu perubahan kedalam wajah pemerintahan
hari ini. Globalisasi yang melanda dunia
turut mencetuskan adanya transformasi pemerintahan tersebut, sebagai upaya
mendorong keterlibatan partisipasi rakyat secara massif dalam mekanisme
demokrasi. Disamping itu, tuntutan perubahan gaya hidup dan perkembangan
manusia didalam pemenuhan kebutuhannya di era globalisasi itu, juga turut memunculkan
ide perlu adanya suatu pemerintahan yang efektif dan efisien dalam melayani
rakyatnya selama dua puluh empat jam nonstop dimanapun dan kapanpun, tanpa
adanya penghalang.
E-government
kemudian menjadi konsep masa depan
pemerintahan dimana ilmu pengetahuan menjadi suatu pijakan untuk mendirikannya
dengan di topang oleh tekhnologi dan informasi. Ada sumber kekuasaan baru
disini bagi langgengnya kekuasaan itu sendiri, yaitu tekhnologi dan informasi. Secara
politis, tekhnologi dan informasi adalah sarana dan kanal penyaluran energi
kekuasaan kepada yang dikuasainya, apakah itu digunakan untuk mendapatkan
legitimasi, menyebarkan pengaruh, ataupun digunakan untuk mengatur strategi dan
kebijakan yang akan dikeluarkannya.
Wajah pemerintahan dalam hal ini pun
menjadi terbelah, yaitu wajah pemerintahan
yang dihadapkan kepada pemerintahan itu sendiri maupun antar
pemerintahan, wajah pemerintahan kepada masyarakatnya, dan wajah pemerintahan
kepada pasar. Ketiga wajah pemerintahan
tersebut menuntut sinergi kepemimpinan yang menggerakkannya. Sebab tanpa adanya
sinergi dengan kepemimpinan, ketiga wajah pemerintahan tersebut tidak akan
menghadirkan suatu wajah pemerintahan yang ramah dihadapkan dengan siapapun,
dan hanya menjadi topeng pajangan pada cetak biru pelaksanaan e-government bagi pemerintahan daerah, dimana Indonesia
telah mengundangkannya melalui Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government.
Pada wajah pemerintahan kepada
pemerintahan, kepemimpinan dalam kerangka e-government
dituntut untuk dapat melakukan
koordinasi lintas sektoral kedalam secara otomatis, efektif dan efisien, tanpa
harus terkendala jarak, fisik. Selain itu juga dituntut untuk memiliki design
visi dan misi serta skill manajerial
yang memadai untuk menakhodai jalannya pemerintahan berhadapan dengan perubahan
ekologi yang tidak semata-mata menekankan unsur kepemimpinan politis. Pada
wajah pemerintah kepada pasar, kepemimpinan dalam kerangka e-government, dituntut untuk menyediakan layanan yang dapat
mengakomodasi perkembangan bisnis skala lokal maupun internasional,
bagaimana kepemimpinan dapat membuka
diri dengan berbagai macam pengetahuan, interaksi, dan koneksi. Pada wajah
pemerintah kepada masyarakat, kepemimpinan di tuntut untuk dapat melibatkan
partisipasi rakyatnya di segala bidang, dan bagaimana mengelola feedback, dukungan serta kritik
terhadapnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Disamping itu juga berguna untuk
mendekatkan pemimpin kepada rakyat pada tahap-tahap pelayanan yang
memberdayakan, dimana transparansi, tanggung jawab, respon pemimpin di
pertaruhkan secara rasional.
Untuk itulah, sinergi kepemimpinan
dengan e-government, merupakan wujud
bahwa keinginan untuk menegakkan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik menjadi
suatu keniscayaan dimana sistem demokrasi menopangnya. Kemauan politik pemimpin
dalam hal ini diuji, apakah e-government
merupakan visi dan misi kepemimpinannya terhadap masa depan pemerintahan dan
rakyatnya. Disamping itu juga adalah sebagai ukuran, apakah kepemimpinan
tersebut menghargai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan perkembangan tekhnologi
dan informasi bagi kemashlahatan masyarakat banyak serta eksistensi
pemerintahannya di tengah tantangan global yang telah berhasil menghilangkan
sekat-sekat geografis beserta kedaulatan wilayah, juga identitas yang muncul dalam skala lokal kewilayahan
tersebut.
Tekhnologi dan informasi memberikan
wadah bagi semangat kepemimpinan yang otomatis, fleksibel, memiliki daya
adaptasi tinggi, kreatif, inovatif, independen, energik, cerdas, dapat di
jangkau, memiliki solusi terhadap segala permasalahan yang timbul, bervisi
kedepan. Kepemimpinan dalam wadah ini adalah kepemimpinan yang khas dikemas
dalam era digital, dimana pemimpin merupakan sesuatu yang praktis dibawa
kemanapun, apakah kehadirannya secara fisik ada atau tidak bukan menjadi suatu
pengaruh, tetapi yang terpenting pemimpin itu sendiri dapat mengembangkan
pengaruhnya dalam jarak dekat atau jauh, hadir atau tidak hadir kepada yang
dipimpinnya untuk dapat menjabarkan dan melaksanakan perintahnya,
prinsip-prinsipnya dan konsep-konsep kepemimpinannya sesuai dengan apa yang
dikehendakinya atau yang telah disepakati secara bersama.
Hal ini berbeda dengan kepemimpinan
manual dan berdasarkan tradisi kuno, dimana pemimpin diukur dari mutlaknya
kehadirannya, begitu juga pengaruhnya akan sangat terasa jika dia hadir, tetapi
berkurang atau tidak sama sekali jika dia tidak hadir. Pemimpin model ini akan sangat bergantung dan
menuntut kepada yang dipimpinnya. Kritik, masalah, akan dianggap sebagai pengganggu
keseimbangannya dan selalu dipertanyakan sebagai upaya untuk mendeskreditkan
legitimasinya. Hal ini akan sangat tidak praktis manakala, permasalahan yang
dihadapinya adalah permasalahan manajerial yang menuntut penyelesaian manajerial,
bukan politis. Visi dan misi kepemimpinannya adalah untuk melanggengkan
status quonya, bukan untuk memajukan
lembaga serta yang di pimpinnya. Lebih menyedihkan adalah kepemimpinan model
ini jauh dari kreatif dan inovatif, serta tidak memiliki design pemikiran yang
faktual terhadap kondisi lingkungannya kedalam maupun keluar.
Kepemimpinan di era digital hadir
bersama ideologi massa dan tekhnologi informasi yang mendukungnya. Demokrasi
dalam hal ini menjadikan kepemimpina di era digital sebagai wadah bagi
popularitas kepemimpinan itu sendiri, dan rasionalisasinya di tangan subkultur
kekuasaan yang cenderung berpola integral terhadap budaya popular dan kebutuhan
orang banyak. Adaptasi kepemimpinan di era digital adalah adaptasi mekanis dan
tekhnik, dimana pendekatan kemanusiaan diambil untuk dapat lebih memahami
perilaku bagi terciptanya tekhnologi kepemimpinan itu sendiri guna mendapatkan
informasi signifikan menjalankan kepemimpinannya di segala lini. Selamat datang
kepemimpinan di era digital, dimana kecerdasan merupakan suatu aspek face to face tekhnologi informasi.
0 Komentar untuk "Kepemimpinan Di Era Digital"