Tulisan ini di terbitkan oleh Jambi Ekspress, 27 Oktober 2014
Sepanjang
tahun politik 2014 ini, mengemuka di ruang public Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) dengan dinamika internal dan eksternal kepartaiannya yang sangat menyita
perhatian public. Partai dengan lambang Ka’bah dan slogan pengusung azas
keislaman ini, mewarnai dinamika politik tahun 2014, sebagaimana wajarnya
partai politik merebut perhatian di ruang publik untuk menyuarakan
kepentingannya berebut kekuasaan bersama partai lainnya di lembaga politik
pemerintahan.
Sebagaimana diketahui, bahwa sorotan
terbesar public terhadap PPP adalah ketika ketua umum partai Surya Dharma Ali
(SDA) terseret kedalam kasus korupsi dana penyelenggaraan haji, kemudian
berlanjut ke manuver SDA yang hadir pada kampanye partai Gerindra menjelang
pemilihan umum legislatif April 2014. Dari sini konflik politik partai mulai
menyeruak kehadapan public, dengan menuai beragam komentar, terutama komentar
negative terhadap eksistensi PPP.
Belum berakhir kemudian public
disuguhi dinamika internal PPP yang terpapar sangat jelas diruang public
melalui media social dan media elektronik serta cetak, dimana terpecahnya
kondisi internal PPP kedalam dua kubu SDA dan Rhomahurmuzy yang lengkap
dibumbui isu pembelotan, penggulingan, dan perebutan kekuasaan di internal
partai. Fenomena ini kemudian terbawa hingga akhir penyelenggaraan pemilu
presiden dan saat berjalannya koalisi yang terbentuk dalam penyelenggaraan
kekuasaan di pemerintahan.
Komentar miring dan sinis kemudian
lebih banyak dilabelkan pada PPP apalagi ketika kebijakan politiknya memutuskan
untuk melakukan manuver dengan berpindah dari Koalisi Merah Putih ke Koalisi
Indonesia Hebat karena kepentingan mengejar jatah kursi kekuasaan, dan saat ini
dengan diputuskannya secara tetap untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Yusuf
Kalla dimana di koalisi terakhir ini PPP mendapatkan jatah satu kursi di
kementrian. Berbagai kalangan berpendapat, PPP telah melakukan tindakan
inkonsistensi yang melukai konstituennya pada pemilihan umum sebelumnya, lebih
daripada itu PPP ternyata hanya mementingkan kepentingan ambisi kekuasaan
semata.
Apalagi dengan adanya perseteruan dua kubu SDA dan Rhomahurmuzy yang
memuncak dan juga saling tanding kekuasaan melalui dua muktamar yang di gelar,
dan saat ini satu muktamar telah berhasil mengangkat Rhomahurmuzy sebagai ketua
umum PPP. Suara public kemudian lebih banyak yang tertuju untuk menghabisi
integritas PPP sebagai partai politik yang di satu sisi punya amanat untuk
menyuarakan suara rakyat dan membawanya ke proses politik pemerintahan.
Namun demikian PPP adalah bagian
dari dinamika ke-Indonesiaan kita. Apa yang terjadi pada PPP, sepatutnya
masyarakat Indonesia kader ataupun bukan kader, simpatisan ataupun bukan, tidak
dapat menutup mata dengan dinamika yang terjadi pada PPP. Pun juga tak
sepatutnya memberikan saran untuk menyingkirkan jejak rekam PPP dalam dunia
politik KeIndonesiaan kita. Lebih ekstrim lagi adalah menilai PPP tidak lagi
dapat mencerminkan keIslaman dalam arti sempit dan simbolis.
Kita
telusuri secara historis bagaimana PPP terbentuk dan mempunyai jejak rekam
dalam politik keIndonesiaan kita. Secara historis PPP adalah partai politik
yang merupakan produk fusi orde baru pada masanya dari berbagai organisasi
Islam yang tumbuh dan berkembang di tanah air, dan memiliki ciri gerakan sipil
keagamaan di masyarakat yang begitu progresif. Sebut saja misalnya didalamnya
kita menemukan Nahdatul Ulama sebagai bagian terbesar civil religion di Indonesia, kemudian PERMUSI, SI, Muhammadiyah,
dan lain sebagainya. Organisasi Islam ini merupakan ciri dari adanya dinamika
umat Islam di tanah air yang tumbuh dan berkembang seiring dengan pesatnya
kemajuan umat. Dan mereka pun bukan organisasi keagamaan semata yang
berbasiskan kepentingan golongan. Mereka turut hadir menyeruak batas kesadaran
umat terhadap kondisi panjang yang di alami Indonesia, untuk merdeka dari
penjajahan, untuk kesejahteraan umat, untuk pendidikan yang lebih baik, untuk
melawan ketertindasan, untuk menegakkan nilai kehidupan bermasyarakat.
Indonesia
merupakan salah satu Negara dengan umat Islamnya yang terbesar di dunia. Tidak
mudah memang menyandang gelar sebagai Negara yang mayoritas penduduknya adalah
Islam. Meskipun label negative selalu dicirikan kepada umat Islam, tetapi
pernahkah kita memahami bahwa justru umat Islam adalah umat yang paling dinamis
di muka bumi dengan segala permasalahan kemasyarakatannya. Umat agama lain
mungkin tidak akan sanggup menampung dinamika sebesar dinamika pergerakan umat
Islam, hingga kepada label negative yang dilekatkannya seperti terorisme,
miskin, konservatif, dan lain-lain. Tetapi pada kenyataannya ujung kesadaran
kemanusiaan masyarakat justru tergugah pertama kali oleh karena keberadaan umat
Islam, pada masa pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia contohnya dimana
kesadaran kemerdekaan didapat secara progresif dari umat Islam.
Jika
hal ini kita kembalikan kepada fenomena PPP dan dinamikanya, kita dapat melihat
bahwa PPP setidaknya masih merupakan cermin dari dinamika umat Islam di negeri
ini apakah mereka bukan kader, bukan partisipan sekalipun. Dinamika PPP
internal ataupun eksternal adalah cermin bagi umat Islam terhadap kondisi
kekinian umat. Sekaligus rantai konsekuensi kiprah politik umat di gelanggang
politik arena kekuasaan.
Secara
naïf PPP adalah cermin dinamika umat yang berhadapan dengan kondisi kekinian,
dimana kondisi global, liberalisme, kapitalisme mengakar. Umat Islam berhadapan
dengan kondisi itu dari berbagai bidang, terutama politik sedang menggeliat
mencari ruang yang telah semakin sempit tanpa adanya kepastian identitas dalam
kehidupan social bersama khususnya di ruang Negara. Salah satu kegelisahannya
di wujudkan dalam gerakan politik kekuasaan. Selain daripada itu, kondisi
internal PPP juga cermin, bahwa generasi muda Islam sedang bertumbuh mencari
tempat disempitnya ruang, dan terpaksa harus bersinggungan dengan generasi tua,
dan kaum kepentingan yang terus mendesak menghabisi integritas kemasyarakatan.
Tidak
ada pilihan partai politik selain orientasi kekuasaan, demikian juga dengan PPP
dengan segala manuver politiknya, karena sewajarnyalah demikian lembaga politik
berbuat.Bagaimana PPP mengejar kekuasaan, mendapatkannya, menjaganya, dan
menyampaikan konsepsi kekuasaan itu kepada masyarakat, adalah perilaku biasa
sebagaimana partai politik lain berbuat. Namun karena PPP adalah isi dari
sebagian identitas progresif umat Islam yang selalu menuntut dinamika perubahan
dan tidak tahan terhadap stagnasi, maka kemudian PPP menjadi sorotan terbesar
masyarakat yang lalu dikaitkan dengan soal keagamaan, padahal soal agama adalah
juga soal kemanusiaan dan dinamikanya yang tidak harus kita lupa.
1 Komentar untuk "Dinamika Umat, Dinamika PPP"
tengks
INI sangat membantu yang lagi membutuhkan refrensi khusus dinamika pemerintahan
diman kita mengetahui sebrang budaya dan tradisi masi cukup dipegang erta, dan masi berjalan sampai skrng